satyadesign

Trix berbisnis bagus.

satya wafer Satya SMAN 2 Banjar

Featured Posts Coolbthemes

Friday, January 17, 2014

Warna Putih Untuk Santhi Devi

Hmmmmm,  kali ini aq lagi males buat posting,....
Tapi ya harus dilanjutin,.., ,
Aku pengen kenalin kalian dengan seseorang yang mungkin sudah dari dulu aku dambakan...
namanya "santhi devi"

Dia itu cantik, manis, Seksi, And yang terpenting buat aku, dia itu enjoy anaknya....
awal aku kenal sama dia itu pas lagi kita , egghhh, maksudnya saya liat dia di jalan bawa sepeda motor, and aku kira dia menangis,.....
nh... pas saat itu aq kejar dia, ( jadi penasaran kenapa dia menangis)
, ndak disangka, tatapanya meluluhkan feeling bad ini,
hahaha... :D ndak seperti biasanya, aq langsung kikup, "kaku+gugup ngeliat dia,
 
penasaran kan . dengan wajah cantiknya,....?
ini aq upload foto dia dibawah




whohoho..... apa yang anda pikirkan????

and, ndak hanya ini, foto dari santhi devi,
admin masih punya banyak foto dari santhi devi

ini yang lain bro......



sebenarnya, aku ndak tau harus gimana mengatakan saying sama dia,
tapi dengan ini, harapanku ia bias mengerti kalau aku benar benar saying sama dia...,

love you,.....



muacccchhhh.........

Wednesday, August 21, 2013

I hate you ,but (part 1)

Main Cast :
  • Kim So Eun
  • Choi Siwon
Support Cast :
  • Lee Donghae
  • Cho Kyuhyun
Heheheh.. kali ini author tumben-tumbenan bikin FF yang temanya hurt. tapi kayaknya gak berhasil deh alias gagal total. tapi semoga tetep menarik deh ya.. kalau ada kritik dan saran, tulis aja di kolom komentar ^^
Check This out :
I Hate You, But. By Dha Khanzaki

—-o0o——
Mencintai itu…
Mengkhawatirkannya di saat dia pergi tanpa kabar..
Merindukannya di saat dia jauh..
Menangis untuknya di saat dia terjatuh..
Menguatkannya di saat dia putus asa..
Dan, bersabar untuknya di saat dia mengabaikan dan tak mempedulikan..
–Kim So Eun—
—o0o—
Prolog
“Kau tahu, aku sangat membencimu”
Bagai petir yang turun dari langit dengan kecepatan cahaya, kalimat menyakitkan itu terucap begitu saja dari mulutnya. Aku tertegun menatapi pecahan piring dan gelas yang berserakan di sekitarku dengan mata berkaca-kaca.
Aku tidak sanggup untuk mengangkat kepala ataupun melihat punggungnya yang menjauh. Samar-samar terdengar suara keras pintu yang ditutup secara paksa. Aku tahu, keberadaanku dalam hidupnya tidak ada dalam rancangan masa depan yang sudah di susun olehnya sejak dulu. Kenyataan dia membenciku, tak perlu di bantah lagi. Aku sangat mengetahuinya. Janjinya di depan altar untuk menjalin ikatan suci denganku selamanya hanyalah dusta semata. Sebuah noda besar dalam catatan hidupnya. Dia tidak pernah mencintaiku. Tapi haruskah dia mengutarakannya dengan gamblang?
Perkataannya sangat menyakitkan, sungguh. Namun rasa perihnya tidak cukup untuk melukaiku karena yang kutahu..aku sangat mencintainya.
The Story Begin..
======o0o======
Author POV
Apgujeong-Dong, 15.00 KST
So Eun menarik napasnya yang terasa berat. Meskipun rasa sakit dan sesak menggerogoti paru-parunya ia tetap harus mengatakan hasil renungannya selama dua hari belakangan. Kepalanya terangkat ke arah sesosok pria yang duduk di seberang, tengah menatapnya dengan mata sendu.
“Maaf” seuntai kata mulai terurai dari mulutnya. So Eun kembali membasahi bibirnya yang terasa begitu kering. Ia benar-benar gugup dan hatinya terasa berat.
“Aku tahu ini keputusan yang sulit. Namun aku yakin ini adalah yang terbaik untuk kita” jelasnya dengan suara lirih dan dalam.
Lee Donghae mengangkat kepalanya menatap wanita yang kini tampak begitu resah. Siapapun tidak akan ada yang bisa menebak seperti apa perasaannya sekarang. Karena sesungguhnya, ia merasa sekarang adalah akhir dari kisah cintanya bersama So Eun. Wanita yang selama beberapa bulan terakhir mengisi hidupnya.
“Bisakah kau memikirkannya lagi? kumohon” pinta Donghae—panggilan pria itu—dengan nada sungguh-sungguh. Tangannya sedikit meremas tangan So Eun yang digenggamnya.
“Keputusanku sudah final” gumam So Eun seraya menarik tangannya. Dengan mata berkaca-kaca ia menatap pria di hadapannya.
“Hubungan kita berakhir sampai di sini.”
Donghae merasa dunianya runtuh begitu vonis mati terlontar dari mulut So Eun. Dalam mimpi pun ia tidak pernah memikirkan bahwa hubungannya akan berakhir seperti ini. Sudah terlalu banyak rencana yang sudah dirancangnya untuk So Eun. Masa depannya sudah dirancang demi So Eun. Mengapa Tuhan dengan begitu baiknya memberikan cobaan seberat ini padanya? Hubungannya dengan So Eun harus berakhir detik ini juga.
Aku tidak akan menyesal. Ini adalah keputusanku. Batin So Eun.
—o0o—
So Eun POV
Apa kalian pikir aku ini gadis gila karena sudah memutuskan pria sebaik dan sepengertian Lee Donghae? Sepertinya iya. Aku memang sudah gila.
Tak ada alasan untuk memutuskan pria semacam Donghae. Dia baik dan tampan. Dia pria yang sangat romantis dan sikapnya seperti ksatria. Terlalu banyak gadis yang patah hati saat kami menjalin hubungan pertama kali. Kami saling mencintai dan selama merajut kasih tak pernah sekalipun kami bertengkar. Dan malam ini, aku sudah menorehkan luka.
Perlu waktu sekitar dua minggu untukku merenungkan keputusan ini. Tepat di saat Appa jatuh sakit karena penyakit paru-paru yang dideritanya semakin memburuk. Mendadak saja Appa memanggilku dan mengatakan bahwa aku harus menuruti permintaannya. Jika tidak ia tidak akan pernah pergi dengan tenang.
Sebagai seorang putri, aku tidak pernah tega menyakiti hati rapuh Appa. Dia adalah pria terbaik dalam hidupku. Memberiku begitu banyak cinta dan sekarang ia hanya menuntut satu kepatuhan dariku.
Aku harus menikah dengan pria pilihannya.
Mulutku bagaikan kelu. Aku ingin sekali berkata bahwa aku sudah memiliki Donghae dan kami berencana menikah akhir tahun ini. Namun kalimat yang tersendat di ujung lidah itu seolah membeku dan enggan terucap oleh bibir ini. Aku tidak sanggup meredupkan sorot mata Appa yang gembira saat itu. aku tidak akan bisa menghancurkan kebahagiaan Appa saat mengatakannya.
Maka, dengan hati terluka kukatakan pada Appa bahwa aku bersedia memenuhi keinginannya.
Di saat itu juga, aku merasa sangat bersalah. Bersalah karena kelak aku akan mengecewakan satu hati yang mencintaiku dengan tulus. Lee Donghae.
“Cantik sekali putriku.”
Aku hanya tersenyum seadanya ketika Eomma melihat pantulan diriku dari cermin. Dia menghampiriku.
“Eomma tak menyangka kau akhirnya akan menikah juga.” lirihnya terharu sambil mengelus lembut rambutku.
“Aku belum menikah, Eomma. Bukankah malam ini aku hanya akan bertemu dengannya, calon yang Appa pilih untuk menjadi suamiku” ucapku sok di buat bahagia. Bukankah aku seorang pendusta yang hebat? Aku berpura-pura bahagia di depan orangtuaku.
“Baiklah, baiklah. Eomma tunggu kau di luar. Jangan berdandan terlalu lama karena Eomma yakin, tanpa berdandan pun kau tetap bisa membuat Choi Siwon terpesona.” Eomma mengerlingkan matanya nakal sebelum beranjak meninggalkan ruangan.
Aku menghela napas berat. Choi Siwon. Itulah nama calon suamiku. Aku bahkan tidak tahu seperti apa dia. Ku raih ponsel yang tergeletak di atas meja rias lalu melihat wallpaper ponselku yang menampilkan fotoku dengan Donghae saat kami pergi berdua ke Pulau Jeju bulan lalu. Ah, aku benar-benar merindukannya.
—o0o—
Di kediaman keluarga Choi, kami berbincang hangat selayaknya keluarga. Sampai detik ini aku masih tidak tahu mengapa Appa begitu ingin berbesan dengan keluarga Choi. Apa karena hartanya? Mengingat keluarga Choi adalah owner dari Hyundai Departement Store dan kupastikan asset mereka bernilai puluhan juta dolar. Kuakui mereka pun begitu ramah dan baik. Nyonya Choi bahkan sudah memberiku wejangan saat aku sudah menjadi istri putranya kelak. Dia tipikal seorang ibu yang hangat seperti Eomma. Tapi aku yakin bukan itu alasannya. Meskipun keluarga kami termasuk kalangan menengah, Appa tidak pernah mengharuskanku menikah dengan pria kaya.
“Siwon-ssi..dia seperti apa?” aku penasaran sekali karena setelah lewat satu jam kami berbincang di ruangan ini, sosok Siwon belum terlihat batang hidungnya. Nyonya Choi mengatakan bahwa putranya mungkin sibuk dengan tugas di kantor. Aku memakluminya.
“Ah, Dia anak yang baik. Kau pasti akan menyukainya saat bertemu nanti.”
Aku menjawabnya dengan senyuman. Semua ibu pasti akan berkata begitu. Aku penasaran seperti apa rupanya karena aku tak menemukan satupun foto Siwon di ruangan ini.
Ponselku bordering keras sehingga menarik perhatian semua orang yang ada di sekitar untuk menoleh ke arahku.
“Maaf, aku harus menjawab telepon..” aku membungkukkan kepala sejenak lalu beranjak ke luar ruangan. Setelah berada di tempat yang bebas dari kebisingan, aku segera menekan tombol hijau.
“Yeobseo..” ucapku sebiasa mungkin. Tak kupungkiri jantungku masih berdetak kencang karena tak lama lagi aku akan mendengar suara Donghae.
“Bagaimana kabarmu?”
Mulutku kembali bungkam. Pertanyaan sederhana semacam itu mampu membuatku terpaku. Bagaimana ini, apa yang harus kukatakan?
“Baik.” jawabku singkat. Aku mengedarkan pandangan ke halaman depan rumah keluarga Choi yang tertata rapi dan cukup luas.
“Syukurlah. Kau tahu So Eun, aku sekarang sedang berada di Bandara.”
Aku agak terkejut mendengarnya. “Kau akan pergi kemana?”
“Ke Jepang. Selama beberapa minggu aku ingin menenangkan diri di sana.”
“Jinjja?” tanpa kusadari suaraku semakin melemah. Aku sedih mendengar Donghae berkata begitu lirih. Maafkan aku karena sudah menyakiti hati pria polos sepertimu.
“Aku sudah mendengarnya dari kakakku mengenai pernikahanmu. Selamat. Aku mungkin tidak bisa datang tapi aku akan selalu mendoakanmu darimanapun tempatku berada.”
Sesak. Dadaku semakin sesak mendengarnya. Ya Tuhan, darimana gosip ini berasal? Aku bahkan belum bertemu dengan calon suamiku sementara berita tentang rencana pernikahanku sudah menyebar kemana-mana?
Aku menundukkan kepalaku mencoba menahan airmata. “Mianhae..”
“Gwenchana. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Baiklah, semoga kau bahagia Kim So Eun. Mungkin setelah aku kembali kau sudah menyandang marga baru di depan namamu. Sekarang aku hanya berharap kau bisa kembali padaku meskipun itu rasanya mustahil.”
Aku baru membuka mulut ketika secara tiba-tiba Donghae memutus sambungan. Aku tercengang menatap ponselku. Dengan begini, hubungan kami resmi berakhir.
Paru-paruku rasanya sesak dan perih hingga membuatku sulit bernapas. Airmata sudah menggenang di pelupuk mata dan siap untuk jatuh. Namun rasa sedihku seperti menguap entah kemana ketika aku mendengar suara-suara asing di belakangku. Kubalikkan tubuh perlahan untuk melihat apa yang terjadi.
Sebuah mobil coupes berwarna abu-abu metalik berhenti tepat di depan teras rumah. Tak lama kemudian seorang pria keluar dari mobil. Mataku mengerjap menatapnya. Pria muda berusia sekitar 27 tahun dengan jas kantor yang melekat pas di tubuhnya. Mungkinkah itu Choi Siwon? Aku hampir melangkah mendekat namun langkahku terhenti ketika melihat seorang gadis ikut turun dari pintu lain. Gadis itu mendekati sang pria yang tersenyum menatapnya. Mereka bahkan tidak menyadari keberadaanku.
Dan adegan yang kulihat berikutnya benar-benar membuat seluruh tubuhku terpaku.
—-o0o—-
Author POV
Siwon merasa seluruh tubuhnya remuk dan pikirannya berantakan. Sudah cukup ia dipusingkan oleh urusan kantor yang tak pernah habis sekarang permasalahan dalam hidupnya harus di tambah oleh recokan orangtuanya mengenai pernikahan. Otaknya bisa meledak karena terlalu banyak beban yang ditanggungnya.
Sebagai satu-satunya putra dalam keluarga Choi, ia harus mengemban tanggung jawab yang sangat berat dengan meneruskan perusahaan yang dikelola keluarganya dan hidupnya seakan-akan direnggut. Kebebasannya terambil dan sekarang kepatuhan apa lagi yang harus ditaatinya?
Menikah dengan wanita yang bahkan tidak dikenalnya hanya karena perjanjian para orangtua di masa lalu? What the—
“Jika kau keberatan biar aku saja yang menyetir, sayang..” suara lembut membuyarkan lamunan Siwon. Ia mengerjap lalu menoleh sekilas ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Demi menenangkan, Siwon memamerkan senyum manis andalannya.
“Gwaenchana. Aku tidak enak karena harus meminjam mobilmu untuk pulang..”
Park Eunji, gadis dengan rambut bergelombang itu mendesah pelan. Ia tahu Siwon sedang dalam masalah. Karena itu ia tidak bisa membiarkan Siwon pulang seorang diri. Pria ini bisa saja menabrakkan mobilnya saat sedang kalut ataupun bingung.
“Apa rencana perjodohan itu tidak bisa dibatalkan?” akhirnya Eunji memutuskan untuk bertanya karena hatinya pun tidak tenang sejak Siwon mengatakan tentang pernikahannya yang sudah dirancang sejak kecil itu.
Siwon mendesah berat. “Andaikan aku bisa. Namun kau tentu tahu seperti apa Orangtuaku.” Erangnya frustasi.
Selama ini Siwon memang seringkali membuat kedua orangtuanya pusing dengan kelakuannya yang sulit sekali diatur. Namun ayahnya selalu memiliki cara untuk membuatnya patuh. Termasuk kali ini.
“Bukankah selama ini kau sudah cukup menjadi pemberontak? Apa salahnya jika kau menjadi pemberontak hingga akhir. Katakan yang sesungguhnya bahwa kau tidak menginginkan pernikahan ini. Sehingga kita..” Eunji menghentikan kalimatnya karena mendadak hatinya pun terasa sesak.
Bukankah mereka saling mencintai? Bukankah seharusnya Siwon menikahinya? Mengapa sekarang muncul masalah kompleks seperti ini?
“Aku tahu, Eunji. Aku pun ingin sekali menikah dengan gadis yang kucintai namun..” Siwon melirik sekilas ke arah Eunji yang menatapnya nanar lalu kembali memokuskan pandangan ke arah jalanan di depannya.
“Arraseo. Sebaiknya kita bicarakan ini lain kali saja” ucap Euji sambil memalingkan pandangan.
Tanpa sadar, Siwon sudah berada di dekat rumahnya. Ia segera memasukkan mobil ke dalam halaman rumah lalu menghentikannya di depan teras rumah. Ia terdiam sejenak. Mengapa rasanya ia ragu untuk keluar? Ia tahu gadis yang dijodohkan dengannya ada di dalam sana sekarang.
“Turunlah. Sekarang bukan saatnya kau kabur dari permasalahan ini.” Hibur Eunji sambil menggenggam tangannya.
Siwon menarik napas dalam dalam lalu mengangguk. “Kau benar.” Kemudian ia membuka pintu lalu turun. Eunji ikut turun. Ia menghampiri Siwon yang berdiri di depan teras rumahnya. Pria itu memaksakan seulas senyum meskipun hatinya sedang kacau. Ya, senyum indah yang terlalu mempesona. Tak bisa dipungkiri bahwa Choi Siwon memang sosok yang sangat menyilaukan di matanya. Begitu tampan dan memikat.
Siwon meraih pinggang Eunji mendekat lalu memberikan kecupan selamat malam yang singkat namun berkesan.
“Selamat malam. Semoga tidurmu nyenyak..” bisik Eunji lalu kembali mencium bibir Siwon.
“Hati-hati di jalan. Besok aku akan menjemputmu..” balas Siwon. gadis itu tersenyum lalu masuk ke dalam mobilnya. Tak lama mobil itu menghilang dari rumahnya. Siwon menatap kosong ke arah depan. Dalam hati ia menggumam. Akhirnya, aku tetap akan mengecewakanmu Park Eunji.
Siwon membalikkan badan. Ia berjalan santai menuju pintu rumahnya namun langkah kakinya terhenti ketika matanya menangkap sosok gadis yang berdiri di dekat pintu masuk, menatapnya dengan mata membulat.
“Nuguseyo?” tanya Siwon sedikit angkuh pada gadis itu. Siapa dia? Mengapa bisa berdiri di depan pintu masuk rumahnya? Gadis itu terkesiap beberapa saat.
“Aku Kim So Eun” dengan gugup gadis itu memperkenalkan diri. Siwon mengamatinya dari ujung rambut hingga kaki lalu mengendikkan bahu tak peduli. Ia tidak mengenal gadis ini maka tak ada alasan baginya untuk berbicara lebih. Ia memutuskan masuk ke dalam rumah. Namun langkah kakinya terhenti saat ia baru menyadari satu fakta yang terlupakan. Mungkinkah gadis ini yang dimaksud kedua orang tuanya?
Siwon menatap lekat-lekat gadis di hadapan dan tanpa disadarinya sedikitpun bahwa tatapannya mampu membuat So Eun gugup setengah mati.
Ada apa dengan jantungku? Mengapa aku berdebar-debar meski hanya ditatap olehnya?
“Apa kau gadis yang akan dijodohkan denganku?” tanya Siwon langsung, membuat Eunji kembali mengerjap kaget. Otakknya bekerja sangat lambat dan ia bingung harus bagaimana menjawabnya. Ternyata benar, pria di hadapannya ini Choi Siwon. Ia tidak menyangka sama sekali jika Choi Siwon setampan ini.
“N-Ne..” jawabnya terbata.
Siwon berdecak, seperti meremehkan. “Kukira gadis seperti apa yang selalu dipuji-puji orangtuaku. Rupanya kau tak lebih dari gadis biasa yang sering kutemui di mana-mana.” Ucap Siwon sambil lalu. So Eun terpaku mendengarnya. Mengapa ia berkata seangkuh itu? apa benar ia akan menikahi pria dengan sikap dingin sepertinya?
Dengan hati bimbang, So Eun mengikuti Siwon masuk ke dalam rumah. Di sanalah masalah baru muncul. Orangtuanya resmi memutuskan untuk menikahkan mereka sesegera mungkin.
—o0o—
Siwon POV
Pranggg!!!
Kubanting sloki berisi minuman bening dengan keras ke lantai. Ini sebagai wujud rasa frustasiku selama seminggu ini. Bagaimana mungkin orangtuaku memutuskan untuk mempercepat pesta pernikahanku dengan gadis bernama So Eun itu? Apa yang bagus dari gadis itu? ia bahkan tidak berasal dari keluarga berada dengan latar belakang pendidikan yang bagus seperti Park Eunji. Dia hanya gadis biasa, berasal dari keluarga menengah dan hanya lulusan universitas biasa di Seoul. Tidak menarik sedikitpun.
Aku benar-benar heran mengapa orangtuaku begitu membanggakannya di depanku. Mereka selalu berkata bahwa So Eun adalah wanita yang baik, patuh, dan penyayang. Lalu apa gunanya jika aku tidak mencintai gadis baik, patuh dan penyayang seperti itu?
Aku hanya ingin mereka mendengar sekali saja, bahwa aku mencintai Eunji. Aku berniat menikahinya setelah hak waris atas perusahaan Appa jatuh ketanganku. Karena itu aku bekerja sekeras ini selama tiga tahun terakhir. Namun siapa sangka jika syarat hak waris itu adalah AKU HARUS MENIKAHI SO EUN!!!
“Kenapa kau banting gelasnya? Kau tahu itu kubeli di Eropa!!”
Aku menoleh sebentar ke arah Cho Kyuhyun yang sekarang sedang berkacak pinggang sebal di depanku. Tak kuhiraukan ocehannya. Masalahku sudah cukup rumit tanpa harus ditambah dengan amukan darinya.
“Aku akan menggantinya. Kau tenang saja. dasar pelit.” Gumamku linglung. Aku baru sadar bahwa sudah satu botol wine kuhabiskan. Aku terbiasa datang ke rumah Kyuhyun—teman baikku—jika aku sedang kalut. Aku tahu dia selalu menyimpan banyak stok wine di rumahnya. Dan dia tidak pernah pelit memberiku meskipun harganya tidak murah.
“Masalahmu belum terselesaikan juga?” tanyanya mengambil kursi di sampingku.
“Justru semakin rumit. Aku harus menikah dengan gadis itu.”
“Jinjjayo? Itu bencana besar. Lalu bagaimana dengan Park Eunji? Kau sudah berjanji akan menikahinya bukan?”
Aku tersenyum pahit mengingat pernjanjian konyol yang sempat kuutarakan ketika ulangtahunku beberapa minggu lalu. Di depan teman-temanku yang kuundang dalam pesta, kukatakan bahwa aku hendak mempersuntingnya tak lama lagi. Itu terjadi sebelum Appa dengan egoisnya mengatakan aku harus menikahi gadis bernama Kim So Eun itu jika ingin mendapatkan hak waris atas perusahaan.
“Bagaimana jika kau kawin lari saja?”
Kujitak segera kepalanya begitu kalimat tak bertanggungjawab itu meluncur dari mulutnya. “Kau ingin Ibuku bunuh diri!” teriakku.
“Arra..” Kyuhyun mengusap kepalanya. Aku kembali mendesah setelah menyadari sekarang sudah waktunya untuk melakukan ritual membosankan seperti fitting baju pengantin. Oh, Tuhan.. andai aku memiliki mesin waktu. Aku ingin pergi ke dimensi lain saat ini. Aku sungguh tidak ingin bertemu dengan gadis itu.
—o0o—
Author POV
Waktu berlalu tanpa terasa. Pernikahan mewah putra pemilik Hyundai departement store akhirnya digelar di hotel berbintang itu. Semua orang ikut berbahagia tak terkecuali seorang gadis yang berdiri di samping pria yang beberapa saat lalu menjadi suaminya, Kim So Eun.
Terbilang satu minggu yang lalu ia bertemu dengan Choi Siwon. Pikirannya terlalu kalut hingga saat tersadar esok adalah hari pernikahannya. Terlalu sedikit waktu untuknya memahami sosok Choi Siwon. Hari pertama bertemu pria itu begitu dingin. Ia sempat melihat ekspresi menolak dari wajahnya meskipun Siwon tidak membantah ataupun menyela saat Tuan Choi memutuskan untuk mempercepat waktu pernikahan. Kedua kalinya bertemu pria itu tetap acuh tak acuh. Bahkan saat So Eun begitu terpukau melihat Siwon dalam balutan tuxedo hitamnya, pria itu tetap memasang wajah dingin. Dan sekarang, hari ketiga pertemuan yaitu di hari pernikahan yang seharusnya menggembirakan ia justru mendapatkan ekspresi pura-pura darinya.
Meskipun Siwon tersenyum, jauh di lubuk hati So Eun sadar bahwa itu hanya senyum palsu demi mengelabui orang-orang. Dan ia merasa sangat bersalah karenanya.
Di sudut aula pesta, seorang gadis berdiri dengan tatapan tertuju pada dua mempelai yang tampak berbahagia di depan sana. Hatinya seperti teriris pisau melihat pria yang dicintainya bersanding dengan wanita lain di pelaminan. Padahal ia selalu yakin ia yang akan menempati posisi itu. Bukan gadis bernama Kim So Eun.
“Baiklah, Choi Siwon. Kau yang sudah membuatku menjadi wanita jahat” gumamnya dengan suara berat dan tajam, matanya menusuk ke arah Siwon yang tersenyum ramah pada orang-orang yang memberinya selamat.
Bukankah pengkhianatan mampu mengubah hati seseorang menjadi iblis?
To be continued..

Wednesday, May 22, 2013

Menanti Pelangi

“Pelangi!! Ayo kesini! Hujannya lumayan deras nihh! Nanti sakit loh!”, teriakku sekencang – kencangnya ke arah Pelangi yang dari tadi mengincar air hujan yang berjatuhan.
“ Bentar donk! Lagi seru main sama air nih! Lagian kalo disitu nanti kita gaK bisa lihat pelangi tau!”, balas Pelangi dari kejauhan.Aku segera mendatanginya.
“Mana Ngi pelanginya?”, tanyaku penasaran dengan kata–katanya barusan.
Di situ aku pertama kali melihat pelangi yang indaaahh sekali bersama dengan sahabat setiaku, Pelangi.
***
Oh iya. Kenalkan namaku Tito. Aku sudah duduk di bangku kuliah. Semester 4. Aku sangat suka dengan dunia balap. Piala dan penghargaan prestasiku di dunia balap juga ga dikit lho. Cuplikan tadi hanya seberkas cerita kecilku bersama sahabatku Pelangi. Dan itu adalah kali pertama kita melihat pelangi bersama – sama dan akhirnya menjadi hobi kita setiap ada hujan.
Hari ini, begitu indah untuk seluruh keluargaku. Ayah baru saja pulang dari Amerika. Kenangan indah masa kecilku bersama ayahku kembali lagi di benakku. Tami dan Hugo juga terlihat senang. Terutama si Tami, adikku yang paling kecil sekaligus paling manja dan cerewet ini seakan tak mau lepas dari pelukan ayahku. Mama juga memasakkan makanan kesukaan semua anggota keluarga hari ini. Tak lama, rintik – rintik hujan mulai berdatangan. Makin lama makin deras. Ikan – ikan dibelakang rumah membiarkan nuansa hening dan damai dari rintik – rintik hujan menambah volume air di habitat mereka. Tumbuhan – tumbuhan juga membiarkan tetesan air membasahi permukaan daun mereka.
Teringat kembali aku akan si Pelangi. Dia masih satu kampus denganku. Ku angkat telepon genggamku yang ada di atas sofa yang sedang kududuki sekarang ini. Aku mencari nomor telepon dari sahabat tercintaku itu. Setelah kutemukan, kutekan tombol berwarna hijau yang ada di antara beberapa tombol lain. Mulailah suara halus dan lembut menjawab panggilanku. Aku mulai berbincang dengan Pelangi dan mengajaknya pergi bersamaku untuk melihat pelangi di angkasa sebelum hujan reda.
“Hayo kak Tito janjian sama kak Pelangi yaaa......”, tiba – tiba suara si Hugo menyadarkanku dari serunya pembicaraan dengan Pelangi. Segera kutarik kulit tangannya setelah aku menutup telponku dengan Pelangi.
“Apaan sih kamu itu! Masih SMP jangan ikut – ikutan! Kakak mau pergi sama kak Pelangi dulu. Ntar bilangin ke ayah sama mama oke?”, aku bertutur kepada adik laki – lakiku yang rese ini.
Seraya dia menjawab, “ Pake pajak dong kak!”. Aku tercengang. Si Hugo nyengar – nyengir ga karuan. Oke deh, aku kasih dia uang jajan.
“Hai! Udah lama ya? “, sapaku dengan menepuk pundak si Pelangi yang sudah menunggu beberapa menit.
“Eh? Oh, enggak kok. Baru 10 menit.”, jawabnya dengan lembut.
“Oh. Sorry ya udah buat nunggu“, pintaku dengan penuh harap.
“Nggak papa To. Santai aja deh”, jawabnya dengan santai dan tulus.
Pelangi langsung menunjuk ke langit yang sedang menurunkan air saat itu. Kami berdua langsung tersenyum bersamaan. Bangku taman yang kami duduki terasa hangat dan nyaman. Huft, seperti dulu lagi. Sangat indah saat ini. Sungguh romantis situasinya. Sempurna sekali dengan rencanaku yang sudah beberapa tahun kupendam. 
Aku merentangkan tanganku ke pundak Pelangi. Pelangi yang terkaget segera memandang wajahku. Dengan lirih aku menanyakan hal yang sangat sulit untuk ditanyakan dan dijawab.
“Ngi. Ehm.., Pelangi. L, lo, lo mau ga…” aku berusaha bertanya dan mengeluarkan kata – kata.
Pelangi menjawab tanyaku yang belum selesai kuucapkan.
“Mau apa To? Kalo bantuin lo, gue mau kok.”
“ Ituh, bukan. Bukan bantuin gue. Tapi lo mau ga… jadi.. jadi.. pa”, aku gak bisa mengeluarkan kata – kata dengan sempurna.
“Huft.. ayo bicara Tito!” aku berbicara pada diriku sendiri dalam hati.
Mobil Avanza berwarna silver menghampiri kita.
“Eh To. Ga terasa kita udah lama lho disini. Tuh kakak gue udah jemput. Ngomongnya besok dikampus ya. Oke friend??” seru Pelangi bergegas menghampiri mobil kakaknya.
“Eh, Ow. Oke deh. Bye..” aku menjawab seruan pelangi dengan kecewa karena aku ga bisa mengungkapkan rasa yang sudah lama ingin aku ungkapkan. Apa lagi, dia memanggilku ‘friend’, apa mudah buat aku nembak dia??Di kampus, aku memulai pelajaran bersama semua teman – temanku yang menambah ceria hari – hariku. Seperti awalnya, anak – anak GALGOBHIN atau pasnya genknya si Rico, anak terpintar,terbaik, dan tersopan di penjuru kampus sekaligus rivalku untuk mendapatkan Pelangi ini menjawab setiap pertanyaan yang diajukan Pak Fardi yang adalah sang Master dari Matematika. Istirahat, aku menemui Pelangi duduk bersama Chika dan Tiwi di kantin. Aku meminta izin pada Chika dan Tiwi untuk berbicara sedikit dengan Pelangi. Dan aku diizinkan. Aku menarik tangan Pelangi ke depan pintu kantin.
Dag dig dug makin terasa. Makin keras, keras, dan terasa jantung ini akan pecah. Mengapa? Karena aku berhasil dengan lancar menembak Pelangi. Sekarang aku tinggal menunggu jawaban. Kutatap matanya, ia juga menatap mataku. Dan jawaban apa yang kudapat?
“Ehm, gimana yah? Oke deh. Tapi kita harus serius dan gak main-main oke?” Jelas jawabannya “Ya!!!”. Diriku serasa melayang bebas ke udara.
Kita jadi sering banget jalan berdua. Dan sering juga melihat pelangi bersama-sama. Setelah gossip jadiannya aku sama Pelangi tersebar, Rico and friends mendatangi aku. Aduh, dia pasti bakal ngelabrak aku habis – habisan nih. Aku bergegas pergi dari dudukku. Tapi anak buah Rico menarik tas hitamku. Aku jatuh ke lantai dan merasa ketakutan sekali. Apalagi Dido dan Rahman yang bergabung di genk itu adalah juara boxing antar kampus. Keringat dingin bercucur dari dahiku hingga ujung dagu. Perlahan – lahan Rico menjulurkan tangannya. Aku memejamkan mata dengan kuat dan berusaha melindungi kepalaku dengan lenganku. Tapi apa?
“Slamet ya. Ternyata lo yang ngedapetin Pelangi duluan” Itu yang Rico ucapakan.
Hah? Bener? Waw. Aku gak nyangka banget, makin seneng deh. Besoknya, aku berangkat ke kampus seperti biasa. Naik sepeda motor sama boncengin Pelangi. Pelangi juga memberiku gantungan kunci benang berwarna – warni mulai dari merah dan berurut sampai ungu. Ditengahnya terdapat plastik bertuliskan ‘Rainbow’ dan sekarang kugunakan untuk menghias kunci sepeda motorku.
Pulangnya aku dikabarkan dengan kabar yang sangat tidak menggembirakanku. Ayahku masuk rumah sakit! Mengapa? Aku juga gak tau. Intinya, mama meneleponku dan memberitahu kalau ayah masuk rumah sakit.
Segera kulajukan dengan cepat Sportbikes menuju rumah sakit. Aku melihat mama, Tami dan Hugo terduduk lemas di ruang tunggu. Aku segera menghampiri mama.
“ Mama! Gimana ayah?!”
Bermuka pucat mama menjawab, “Ayahmu kumat lagi To. Padahal sudah lama penyakit ayah tidak muncul”
Aku terduduk lesu ke kursi di sebelah adikku Tami. Tami memandangi wajahku dengan raut wajahnya yang pucat dan berusaha menahan tangis. Aku mempersilahkan untuk meletakkan kepalanya di dadaku. Kupeluk erat badan mungilnya. Otakku berjalan lambat ke belakang dan membiarkan kotak di pojok otakku memutar kembali memori kita sekeluarga. Aku teringat beberapa minggu lalu saat ayah baru pulang dari Amerika. Keluargaku benar – benar senang dan bahagia. Hingga kutemui Pelangi dan kutembak dia. Saat ayah memberikan oleh – olehnya pada kami. Dan saat Hugo menggangguku ketika bertelepon dengan Pelangi. Oh betapa berbeda sekali dengan hari ini.
“Tito!!” panggil mama dan menyadarkan lamunanku akan memori beberapa minggu lalu. Mama memberi kertas berisi biaya yang harus dibayar untuk perawatan ayah.
“Segini banyak, Ma?” aku bertanya heran pada mama. Mama menganggukkan kepalanya pertanda kata – kata “ IYA” Gimana cara mendapatkan uang sebanyak ini? Aduh… Pikiranku lebih kacau dan makin stress ketika Pelangi berkata ia akan pergi ke Australia. Ya ampun! Apa ada lagi cobaan yang akan menerkamku setelah ini? Ah! Terpaksa aku harus merelakan kepergian Pelangi ke Australia. Tapi kali ini lebih haru lagi yang kurasakan. Hatiku seakan dicabik – cabik. Aku berharap Pelangi bisa mengingatku di sana. Kuharap Pelangi juga akan menepati dan tidak mengingkari belasan janjinya padaku. Baiklah, aku masih punya gantungan kunci dari Pelangi. 
Aku harus memikirkan caraku mendapatkan uang untuk perawatan ayah. Tapi dimana? Oh iya! Ada Paman Heru! Paman yang paling berjasa di dunia balapku. Aku pergi ke rumah Paman Heru saat itu juga. Aku lihat Paman Heru sedang bersantai di depan rumahnya sambil minum kopi. Aku menyapanya dan mulai berbincang beberapa lama.
“Kamu butuh uang berapa To?”, Paman Heru bertanya sambil bersiap mengambil dompet kulit dari saku celananya.
“Segini Paman”, aku memberikan kertas yang diberikan mama saat di rumah sakit.
“Wah. Banyak nih To. Oke paman mau kasih. Tapi Cuma bisa seperempatnya aja. Sisanya cari sendiri oke?”, sahut paman.
“Oke deh paman”, balasku sedikit kecewa. Paman Heru mengeluarkan hampir seluruh isi dompetnya. Ku raih uang itu. Aku mengucapkan terimakasih.
“Ehm, paman. Cari sisanya dimana yah? Maaf ya paman kalo ngrepotin.”
“Aduh dimana ya? Paman Heru udah jarang banget ketemu event – event balap”,jawab Paman Heru.
“Bener nih Paman? Ngga ada sama sekali?”,tanyaku sekali lagi untuk meyakinkan.
“Ada sih satu. Paman kemarin ketemu satu event. Hadiahnya lumayan gede juga”, jawab paman sekali lagi.
“Ya udah aku ikut”,jawabku tanpa pikir panjang.
“Tapi yang ngadain Komunitas Bali”, ujar Paman.
“Hah? Bali? Balap Liar paman?”, tanyaku dengan heran.
“Iya. Kamu tau kan konsekuensinya?”
“Emmmm, oke deh gapapa. Pokoknya ayah sembuh”, setelah kubicarakan hal ini dengan mama, Tami dan Hugo, tak ada yang menyetujui kesepakatanku kecuali Hugo. Hanya dia yang menyemangatiku saat itu.
“Udah To. Kalo ada barang yang bisa dijual, biar mama jual daripada kamu ikut balapan kaya gitu.”, mama melarangku.
“Iya kak. Biar nanti Tami jual gorengan atau apa gitu buat bayar biayanya ayah. Daripada kakak nanti kenapa – napa”, Tami yang masih di bangku SD itu juga berusaha melarang. Tapi keputusanku udah bulat. Aku akan tetap mengikuti balap ini. 
Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Sudah siap aku di atas motor balapku ini. Tak lupa ada gantungan kunci dari Pelangi yang menemaniku. Para cewek – cewek di depanku menarik bendera hitam putih di tangan mereka. Segera melaju kami semua. Urutan pertama ada rivalku si Joe. Tapi aku berusaha menyalipnya. Beberapa lap sudah kulewati. Tinggal satu lap lagi. Aku masih di urutan dua. Joe mengencangkan lagi gasnya. Aku juga tak mau kalah. Aku tancap gasku. Kini jarakku dengan Joe hanya beberapa cm! Kutancap lagi gasku! Garis finish sudah ada di depanku. Mataku mulai jeli memainkan trik. Kutancap gas hingga aku berada di depan Joe. Kuhalangi laju motor Joe dengan zig zag. Tinggal sedikit lagi.. Ya, ya, ya.. YESSS!!! Aku berhasil mencapai urutan pertama di garis finish. Paman Heru berteriak menyemangatiku dari jauh.
Para penonton menyoraki dan memberi tepuk tangan untukku. Sangat haru sekali. Sangat memuaskan. Tapi, polisi! Polisi! Polisi! Penonton berlarian kesana kemari. Para pembalap lain melaju kencang tak berarah. Paman Heru berteriak padaku
“Tito!!!! Ayo pergi!!!! Paman ga mau kamu ditangkap polisi!!!”
“Lhoh kenapa paman???!!!!! Aku kan belum dapat hadiahnya!!!!”, teriakku membalas paman Heru.
“Tito ini Balap Liar!!!!! Kamu lupa ya????!!!!!!”, Jregg. Oh iya!! Aku baru teringat. Kutancap gasku. Aku melaju tanpa arah. Tak kusangka segerombolan cewek centil berlari dengan histeris di depanku. Aku rem motorku dengan sangat mendadak dan dengan kecepatan yang melebihi normalnya. Keseimbanganku goyah. Aku terjatuh dari motorku! Kaki kiriku tertindih body motorku. Sebelum kubebaskan kaki kiriku, kuraih dulu gantungan kunci dari Pelangi. Sedikit lagi…, yah! Aku berhasil membebaskan kakiku! Gantungan kunci dari Pelangi juga sudah kukantongi. Belum aku berdiri dari jatuhku, seorang pembalap dengan motor besarnya segera melindas kedua kakiku dengan kecepatan tinggi. Sakit sekali! Aku mengerang kesakitan. Benar – benar sakit. Lebih sakit daripada hatiku yang tercabik saat Pelangi pergi. Paman Heru datang menghampiriku. Belum sempat aku mendengar Paman Heru berbicara, pandangankupun gelap. Apa ini? Aku sudah mati? Oh aku sudah mati ya. Ternyata aku sudah mati.
Perlahan – lahan aku membuka mataku. Rasanya sudah lama sekali aku tidur. Tapi ada mama di depanku. Tami dan Hugo juga ada. Baunya sama persis ketika aku melihat ayah yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Oh? Aku sedang ada di rumah sakit?Aku bangun dari tidurku. Kulihat anggota badanku. Ada yang hilang!! Kakiku!! Mana?? Dimana kedua kakiku? Tertanya peristiwa itu membuat aku kehilangan kedua kakiku. Harusnya aku menuruti nasehat Mama dan Tami. Pasti tidak akan seperti ini jadinya. Ah! Tapi nasi telah menjadi bubur. Apa daya??
“Kak, waktu kakak koma, kak Pelangi dating kesini lho”, Kata Tami saat aku berbaring di ranjang tidur.
“Oh ya? Terus terus? Kak Pelangi bilang apa aja?”, tanyaku penasaran dan langsung bangkit dari tidurku.
“Enggak bilang apa – apa. Cuma kesini pegang tangan kak Tito terus pulang”, jelas Tami.
“Cuma gitu? Dia gak nitip apa – apa?”, aku heran.
“ Emm, nggak kok”, jawab Tami ragu.
“Oh. Ya udah deh”
Siang itu hujan turun. Aku sangat ingat pada Pelangi. Soalnya dia pernah buat janji tiap ada hujan turun dia akan balik buat liat pelangi sama – sama. Dengan bantuan dorongan Hugo, aku menelusuri lorong rumah sakit hingga ke lobby dengan kursi roda. Kutunggu terus hingga Hugo tertidur di atas sofa. Tapi hingga larut ia tak juga datang. Namun aku sangat menyesal menunggunya sejak aku melihat surat yang terletak di atas meja.
Andai saja waktu Tami bercerita padaku, aku tau kalau di tangannya ada surat dari Pelangi. Surat itu berisi : “Buat Tito sahabat gue sekaligus pacar gue yang paling gue sayang. To, gue minta maaf. Gue ga bisa balik lagi buat liat pelangi sama – sama lagi kaya dulu. Soalnya di sini gue udah ketemu ama cowok yang gue pikir bisa dampingin hidup gue. Tolong titip gantungan kuncinya ya. Rawat yang baik oke?” Itupun belum semua. Yang paling membuat aku menyesal menunggunya semalaman adalah kalimat terakhir dari suratnya. Yaitu: “Gue ga bisa hidup sama orang cacat kaya lo” Kini kusadari, pelangi hanya terbentuk dari pembiasan yang tidak nyata. Namun bisa membuat satu cahaya putih menjadi bermacam – macam warna. Tetapi pelangi hanya sementara dan bila tak ada air dan cahaya pelangi hanya akan mengingkari janjinya untuk menyinari dunia. Sama seperti si Pelangi. Pelangi memiliki ciri – ciri yang kuimpikan namun tidak nyata di hatinya. Ia bisa membuat hidupku berwarna dan ceria. Tapi hiburan itu hanya sementara untukku dan bila tidak ada diriku yang utuh seperti dulu, ia mengingkari janjinya dan berpaling.


Sekian

Write By,


Widya paramita


Monday, September 10, 2012

kode facebook

<!-- Facebook Like Badge START --><div style="width: 100%;"><div style="background: #3B5998;padding: 5px;"><img src="http://www.facebook.com/images/fb_logo_small.png" alt="Facebook"/><img src="https://badge.facebook.com/badge/412558648796879.100003099792001.591331001.png" alt="" width="0" height="0"/></div><div style="background: #EDEFF4;display: block;border-right: 1px solid #D8DFEA;border-bottom: 1px solid #D8DFEA;border-left: 1px solid #D8DFEA;margin: 0px;padding: 0px 0px 5px 0px;"><div style="background: #EDEFF4;display: block;padding: 5px;"><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><img src="http://www.facebook.com/images/icons/fbpage.gif" alt=""/></td><td valign="top"><p style="color: #808080;font-family: verdana;font-size: 11px;margin: 0px 0px 0px 0px;padding: 0px 8px 0px 8px;"><a href="https://www.facebook.com/ernaa.setiawan.7" target="_TOP" style="color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 11px;font-weight: normal;margin: 0px;padding: 0px 0px 0px 0px;text-decoration: none;" title="Ernaa Setiawan">Ernaa Setiawan</a> menyukai</p></td></tr></table></div><div style="background: #FFFFFF;clear: both;display: block;margin: 0px;overflow: hidden;padding: 5px;"><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="middle"><a href="https://www.facebook.com/AdinovaMeubel" target="_TOP" style="border: 0px;color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 12px;font-weight: bold;margin: 0px;padding: 0px;text-decoration: none;" title="Adinova meubel"><img src="https://www.facebook.com/profile/pic.php?oid=AWzkTI8hOGiphM2V86RQoycSovgDwsG8Wao6wLnuRI77dXy64AROyhQCpBCkkUmUtnU&size=square" style="border: 0px;margin: 0px;padding: 0px;" alt="Adinova meubel"/></a></td><td valign="middle" style="padding: 0px 8px 0px 8px;"><a href="https://www.facebook.com/AdinovaMeubel" target="_TOP" style="border: 0px;color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 12px;font-weight: bold;margin: 0px;padding: 0px;text-decoration: none;" title="Adinova meubel">Adinova meubel</a></td></tr></table></div></div><div style="display: block;float: right;margin: 0px;padding: 4px 0px 0px 0px;"><a href="http://www.facebook.com/badges/like.php" target="_TOP" style="color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 11px;font-weight: none;margin: 0px;padding: 0px;text-decoration: none;" title="Buat Lencana Suka Anda">Buat Lencana Suka Anda</a></div></div><!-- Facebook Like Badge END -->
<!-- Facebook Like Badge START --><div style="width: 100%;"><div style="background: #3B5998;padding: 5px;"><img src="http://www.facebook.com/images/fb_logo_small.png" alt="Facebook"/><img src="https://badge.facebook.com/badge/412558648796879.100003099792001.591331001.png" alt="" width="0" height="0"/></div><div style="background: #EDEFF4;display: block;border-right: 1px solid #D8DFEA;border-bottom: 1px solid #D8DFEA;border-left: 1px solid #D8DFEA;margin: 0px;padding: 0px 0px 5px 0px;"><div style="background: #EDEFF4;display: block;padding: 5px;"><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><img src="http://www.facebook.com/images/icons/fbpage.gif" alt=""/></td><td valign="top"><p style="color: #808080;font-family: verdana;font-size: 11px;margin: 0px 0px 0px 0px;padding: 0px 8px 0px 8px;"><a href="https://www.facebook.com/ernaa.setiawan.7" target="_TOP" style="color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 11px;font-weight: normal;margin: 0px;padding: 0px 0px 0px 0px;text-decoration: none;" title="Ernaa Setiawan">Ernaa Setiawan</a> menyukai</p></td></tr></table></div><div style="background: #FFFFFF;clear: both;display: block;margin: 0px;overflow: hidden;padding: 5px;"><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="middle"><a href="https://www.facebook.com/AdinovaMeubel" target="_TOP" style="border: 0px;color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 12px;font-weight: bold;margin: 0px;padding: 0px;text-decoration: none;" title="Adinova meubel"><img src="https://www.facebook.com/profile/pic.php?oid=AWzkTI8hOGiphM2V86RQoycSovgDwsG8Wao6wLnuRI77dXy64AROyhQCpBCkkUmUtnU&size=square" style="border: 0px;margin: 0px;padding: 0px;" alt="Adinova meubel"/></a></td><td valign="middle" style="padding: 0px 8px 0px 8px;"><a href="https://www.facebook.com/AdinovaMeubel" target="_TOP" style="border: 0px;color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 12px;font-weight: bold;margin: 0px;padding: 0px;text-decoration: none;" title="Adinova meubel">Adinova meubel</a></td></tr></table></div></div><div style="display: block;float: right;margin: 0px;padding: 4px 0px 0px 0px;"><a href="http://www.facebook.com/badges/like.php" target="_TOP" style="color: #3B5998;font-family: verdana;font-size: 11px;font-weight: none;margin: 0px;padding: 0px;text-decoration: none;" title="Buat Lencana Suka Anda">Buat Lencana Suka Anda</a></div></div><!-- Facebook Like Badge END -->

Sunday, June 10, 2012

Cara mudah mengetahui fassword fb temen loe!


Cara mudah mengetahui fassword Fb orang lain, berawal dari keisengan penulis untuk jahil kepada salah seorang temen  Sebut saja namanya "Desy Unyu"(Maaf ya kalau saya membuat anda menangis), dengan teknologi yang sangat bagus, mengambil hak orang lain terasa  mudah di dunia maya.. Pingin tau kan caranya???

         

<FONT COLOR="BLUE">"Gambar jelek jangan di download"!</FONT>


1. Yang pertama ..pastinya tanya sendiri baik2 dolo,..coba bilang gini “eh gw bole tau pasword FB lo gk..yah gk buat apa2sih…cuma pgn tau aja “… berdoa lah kalo dia bakal ngasiin dengan cuma2,..ato gk lo traktir dolo lah..dimana kek…jika dia ngasitau berarti lo lg hoki banget bro…


Spoiler for 2:

2. Kalo gagal, lo coba tanya saat pikiran doi lg kosong,,biasanya org kalo lagi lengah akan menjawab secara otomatis..apalg doi orgnya dongo..ditanya apa aja dijawab..(mudah2an)


Spoiler for 3:

3.kalo masi gagal, coba lo intip si doi pas dia lg login…tp lo harus sambil pura2 gitu..pura2 garuk kek, pura2 lewat..ato pura2 jatoh dengan gaya kayang..pas lg ada kesempetan lo intip dah…tp ati2 bro..krn ini agak berbahaya…krn kalo ketauan ntr lo bs dibilang sok akrab ..wkwkkwkwkw
(gk nyambung)


Spoiler for 4:

4. kalo masih gagal, brarti saatnya menggunakan kekerasan , Ancam dengan pisau atau silet …85% kemungkinan dia bakal ngasitau..sisanya kemungkinan dia teriak ato nonjok…haha…

Spoiler for 5:

5. cara terakhir yg tidak disarankan adalah menemui langsung si pendiri facebook..si om mark zukerberg…minta tulung ama dia biar dikasitau pasword FB inceran,,cara ngomongnya gini “om mark, ane mau tau pasword si fulan bin fulan,..ane bisa aja ngehack tu FB doi, tp krn ane orgnya baek dan respek ama si om, ane lebih milih minta baek2 ama si om “….mudah2an doi mau ngasi…kalo gk dikasi jg, lo bs gunakan cara spt no.4…ancam dia dengan kekerasan!

Spoiler for hmm:

Selamat Mencoba!!….dan mencoba lagi…teruslah mencoba….mudah2an dibukakan jalan..amin…
Semoga Berhasil!!

Jika mau info yang lebih lengkap,Telusuri saja di

Recent Posts

Pages - Menu